Sebab Nyaris Dua Bulan Mogok Menulis

Han Abadie
3 min readAug 19, 2024

--

Photo by Thought Catalog on Unsplash

Tulisan ini mungkin tampak seperti sebuah jawaban untuk penggemar yang lama merindukan idolanya.

Well, meskipun tidak, tapi boleh-boleh saja dianggap begitu. Saya tidak peduli. *menyengir kuda*

Baik, kembali ke pertanyaan,

Mengapa dua bulan terakhir berhenti menulis?

Apabila saya menjawab dengan alasan karena sibuk, (meski memang nyatanya demikian) saya merasa jawaban itu terkesan lebay.

Kenapa begitu?

Karena sepadat, sesibuk, seamburadul apapun kegiatan saya dalam sebulan terahir, yang saya kerjakan itu tidak ada duitnya! *tertawa keras* Bagi orang yang banyak menganggur, mungkin kesibukan saya akan terlihat keren, bagaikan orang yang berpendapatan dua digit di kota-kota kecil.

Masalahnya, saya diberi bayaran pun tidak!

Ya wajar saja. Toh, saya memang bukan orang yang bekerja dan mendapat gaji bulanan seperti kebanyakan orang.

Memangnya apa yang kau lakukan, Han?

Jawaban ini mungkin akan membuat mahasiswa kupu-kupu (baca: kuliah — pulang kuliah — pulang) menjadi mempunyai celah untuk mencemooh saya. Benar, saya sibuk berorganisasi. Bagaimana? Alasan mahasiswa yang klise dan klasik, bukan?

Lebih dirinci lagi, kesibukan saya yakni, dalam organisasi — anggap saja — organisasi Biru. Kesibukan saya adalah:

  1. Investigasi. Jika ada teman saya yang mengikuti organisasi pers, seharusnya dia tahu bagaimana rumit, lelah (dan mahalnya) investigasi. Maka, jika tidak tahu itu, just shut the fuck up!
  2. Ketua Panitia Open Recruitment. Ya, benar, saya lah ketua panitianya. Jika pembaca tidak pernah mengikuti kepanitiaan, (lagi-lagi) shut the fuck up!

Selanjutnya yakni kesibukan di organisasi saya yang satunya, anggap saja organisasi Merah. Kesibukan saya adalah:

  1. Asisten Sutradara film. Ya, benar. Saya sedang dalam proyek besar film tahunan di organisasi Merah.
  2. Sebagaimana organisasi-organisasi lainnya, saat ini adalah musimnya regenerasi anggota karena masa-mas seperti ini adalah kesempatan untuk menjaring mahasiswa baru untuk masuk ke organisasi: Open Recruitment juga. Hanya saja, saya cuma ditugasi mendekorasi stand.

Adapun kesibukan di luar keorganisasian, di antaranya:

  1. Menjadi PMK (baca: pemandu materi kelas) bagi para mahasiswa baru. Tugasnya, tidak lain tidak bukan yakni mendampingi mereka dan siap siaga jika mereka memerlukan bantuan atau bahkan kehadiran saya.
  2. Saya mengikuti empat lomba sekaligus, yakni 1 lomba desain infografis, 1 lomba menulis esai, dan 2 lomba menulis opini.
  3. PKM-PM. Meski tidak banyak waktu yang dihabiskan untuk PKM-PM, tapi meeting di Zoom di jam-jam istirahat di akhir hari itu sangat cukup menambah penat.

Namun, jika dibilang sibuk, saya rasa itu kurang bijaksana. Mungkin lebih tepatnya: kurang mampu meluangkan waktu untuk menulis.

Bagusnya, saya tidak merasa rugi atau menyesal karena setumpuk kesibukan yang saya lalui itu. Sebab, saya pun akan cenderung bosan jika terlalu banyak menganggur.

Selain itu, belakangan saya berpikir bahwa menulis di Medium itu tak harus selalu berisi pembahasan yang berbobot seperti tulisan saya yang sebelum-sebelumnya. Jujur saja, menulis tulisan yang penuh bobot itu cukup menguras pikiran.

Uniknya, saya sedikitpun tak pernah merasa khawatir tidak bisa melalui segala kegiatan itu. Tidak bisa dilalui, ya sudah. Saya pikir, asalkan prioritas saya yakni berkuliah jangan sampai terbengkalai. Itu saja. Sepanjang paham proritas dan maksimal dalam menjalankannya. Tidak masalah.

--

--

Han Abadie

A Possibilist. Just like the average mediocre youth, sometimes naive as well. You can follow my another social media X: @antiliteracy & Instagram: @naradamping