Han Abadie
Nov 28, 2024

Saya pikir ini karena memang perbedaan pengguna saja dengan platform lain. Which is, Medium banyak pengguna yang tampaknya murni hendak membagikan pikirannya, dan itupun dibubuhi kepenulisan yang niat dan rapi.

Hal itu, saya pikir membuat tulisan menjadi dapat jauh lebih dipahami ketimbang di platform X yang penggunannya sangat heterogen. Orang pengangguran dan berlatar belakang (maaf) anti-intelek pun berkumpul di sana.

Akibatnya, tulisan yang amat dibatasi membuat penjesan gagasan tidak serapi dan seniat di Medium. Sementara itu, tulisan yang kurang memadai membuat tulisan menjadi mudah didistorsi.

Ditambah pula dengan sumbu pendek pengguna X yang malas membaca dan malas berpikir, menjadi lebih mudah terpantik dan meletus. Itulah yang menyebabkan perdebatan dan pertengkaran begitu masif di sana.

Di sini, boleh jadi orang memag berbeda pendapat. Namun, perbedaan itu dikemas dengan epik dan rapi. Orang lain pun dapat dengan mudah memahami tulisan penulis tanpa harus terpatik dan agresif.

Wallahu a'lam bisshawab

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Han Abadie
Han Abadie

Written by Han Abadie

A Possibilist, Indonesian writer. Just like the average mediocre youth, sometimes naive as well. You can follow my another social media X: @ekstapol

No responses yet

Write a response