Freedom of Speech Isn’t for Everyone

Han Abadie
3 min readMar 7, 2024

--

Photo by Lisa on Pinterest

Apakah pembaca merasa tajuk di atas terkesan disengaja agar terlihat clickbait?

Jika merasa demikian, maka jawabannya:

Iya dan tidak.

Barangkali iya, karena boleh jadi dikarenakan tajuk itu Anda kemudian mengklik laman tulisan ini, atau tidak, karena bagi saya freedom of speech memang bukan untuk semua orang. Saya tidak setuju dengan narasi "Semua orang punya kebebasan berpendapat".

Mengapa?

Sebab, nyatanya tidak semua orang mau bertanggung jawab atas pendapatnya sendiri. Sementang-mentang bebas berpendapat, sejumlah oknum ini malah bicara sekenanya. Itu jelas!

Siapa oknum yang kau maksud, Han?

Adalah mereka kiranya hobi sekali beropini dengan landasan "menurutku" tapi tidak peduli dengan tanggung jawabnya. Seolah-olah setelah menggunakan diksi (agung) "menurutku", maka berarti telah terlepas dari segala tanggung jawab atas pendapatnya. Sebuah pemahaman yang konyol.

Han, tanggung jawab apa yang kamu maksud?

Begini, setelah kita berpendapat, maka konsekuensi dari berpendapat adalah: pasti akan ada orang lain yang tidak sependapat dengan kita, karena mustahil kita dapat membuat semua manusia menyetujui pendapat kita. Kita tidak dapat memaksakan kehendak agar isi kepala orang lain sama dengan isi kepala kita.

Maka orang yang tidak sependapat dengan kita pun boleh-boleh saja membantah, menyangkal, mengkritisi (atau apapun itu) pendapat kita. Berlaku juga dengan sebaliknya, apabila terdapat orang lain berpendapat, maka kita pun juga sah-sah saja jika hendak mengkritisi pendapatnya.

Fair enough, isn’t?

Akan tetapi, orang yang gemar berpendapat kosong itu tidak peduli dengan konsekuensi ini, maka yang dilakukan hanyalah menganggapi dengan, "Ya itu kan pendapatku. Toh, semua orang boleh-boleh saja berpendapat, kita punya freedom of speech! Blablabla fafifu wasweswos."

Oke baik, saya bantah argumen itu.

Benar, memang kita memiliki kebebasan berpendapat, tentu saja. Itu sudah barang tentu hak yang akan kita dapatkan di negara penganut demokrasi. Tetapi, bukankah mengomentari, mengkritik, bahkan membantah juga bagian dari kebebasan berpendapat?

Orang yang bertanggung jawab terhadap opininya, idealnya akan menanggapi argumen bantahan orang lain dengan mudah, karena dia memang mempunyai landasan yang kuat terhadap pendapatnya (harusnya). Lain halnya dengan orang yang berpendapat hanya berlandaskan "menurutku" semata tanpa argumen yang mengusung data atau fakta yang valid.

Tidak setuju dengan pendapat Anda, sama sekali bukan berarti membungkam pendapat Anda.

Agaknya sejumlah orang telah menyalahpahami pengertian dari freedom of speech.

Bayangkan saja, saat Anda berpendapat kemudian ada orang lain yang mungkin tidak setuju dengan pendapat Anda, lalu ketika orang lain membantah dan Anda tanggapi dengan "Ya kan aku bebas berpendapat, terserahku lah". Maka apakah setiap pendapat Anda harus direspon dan disetujui begitu saja? Tentu, tidak. Besar kemungkinan orang lain akan mencocokkan gagasan Anda dengan isi kepala mereka.

Apakah orang lain harus selalu mengamini pendapat Anda? Apakah orang lain hanya boleh ber-iya-iya saja, begitu?

Tunggu sebentar, mengapa respon tersebut justru tampak seperti sikap defensif? Kenapa sepertinya orang lain menjadi tidak boleh berkomentar dengan pendapatnya?

Jika demikian, sebenarnya kebebasan berpendapat itu untuk semua orang, atau hanya untukmu seorang saja?

Pernyataan demi pernyataan orang seperti ini tampaknya bila semakin dikritisi justru akan semakin inkonsisten. Mereka bilang bahwa kebebasan berpendapat adalah milik semua orang, tapi di sisi lain ketika ada orang yang berkomentar dengan pendapatnya, mereka malah bersikap defensif terhadap komentar orang lain tersebut. Sikap yang demikian itu kontradiktif dengan pernyataan sebelumnya.

Bagaimana ini? Ada apa dengan konsistensi?

Apalah arti seseorang jika ucapan dan perbuatannya saja tidak sesuai?

Iya, betul. Memang perbedaan itu biasa, tapi diskusi mengenai perbedaan itu juga bukan suatu masalah. Mengapa takut sekali jika orang lain beda pendapat? Mengapa takut sekali jika pendapat Anda dikritisi orang lain?

Kalau memang pendapat Anda kuat, tentunya Anda akan dengan mudahnya memberikan argumen balik kepada orang yang mengkritisi pendapat Anda, bukan?

Terjadi bantah-bantahan dengan pemikiran itu biasa, tidak perlu dianggap tabu. Jika dirasa keliru, maka luruskan. Apabila kita memang salah, maka akui saja kesalahan itu. Beres. Apa susahnya?

Saya berpendapat bahwa hanya orang yang bertanggung jawab atas pendapatnya lah yang boleh berpendapat. Bahkan, orang tolol sekalipun tidak masalah jika hendak berpendapat, silakan saja! Toh, tolak ukur pintar dan bodoh seseorang pun tidaklah mutlak.

Oh, atau barangkali ada kemungkinan lain:

Jangan-jangan argumen kita memang lemah, sehingga tidak bisa meng-counter bantahan orang lain?

Konklusi

Sepanjang Anda masih tetap bertanggung jawab atas pendapat Anda, maka boleh-boleh saja, (bahkan) jika Anda hendak berpendapat sekontroversial apapun.

--

--

Han Abadie

A Possibilist. Just like the average mediocre youth, sometimes naive as well. You can follow my another social media (X and Instagram) @antielitis