Dapatkah Cinta Habis dengan Seseorang di Masa Lalu?

Han Abadie
4 min readApr 15, 2024

--

Photo by Katelyn Greer on Unsplash

Tempo hari, saya menemukan sebuah konten Tiktok, yang pada intinya konten tersebut menarasikan soal cinta seseorang yang telah habis di kekasih sebelumnya, sehingga menjadikannya sulit untuk menumbuhkan kembali cinta pada orang baru.

Screenshot on Tiktok

Sebenarnya tidak ada masalah dengan konten tersebut, meskipun konten tersebut memanglah konyol. Akan tetapi, hal itu dapat menjadi masalah ketika pada kenyataannya, banyak dari mereka yang menonton konten tersebut ternyata malah turut mengimaninya.

Orang seperti mereka itu justru akan tersiksa oleh pikiran konyol mereka sendiri. Paham itu terjadi akibat dari diskursus yang mereka ciptakan sendiri dalam pikiran masing-masing. Hal itu menjadikan mereka menganggap cinta itu telah habis dengan seseorang di masa lalu, dan membuat mereka pesimis saat hendak menjalin hubungan cinta pada orang baru, dikarenakan ragu jika orang tersebut bisa saja memiliki cinta di masa lalu.

Mereka sendiri yang membangun batasan-batasan dalam pikiran mereka, dan mereka sendiri pula yang juga stres akibat batasan-batasan yang mereka buat.
Aneh betul.

Saya pikir, diskursus “cinta habis di orang lama” ini tampaknya tak akan ada habisnya dan banyak sekali ragamnya: ada yang bilang cintanya habis di SMP, SMA, SD, tetangga desa, cinta pertama, bahkan habis sejak orok bila perlu. Narasi yang seperti itu paling-paling hanyalah buatan orang yang cintanya kandas dengan pacarnya, tapi tidak mampu move on dari masa lalunya. Yang kemudian ingin menjerumuskan orang lain agar bernasib sama dengannya. Lebay memang.

Adapun pernyataan seperti:

“Cintanya akan habis di satu orang dan sisanya untuk bertahan hidup.”

Ayolah, bagi yang mencetuskan narasi itu, saran saya Anda segera bermeditasi saja untuk sadar bahwa itu sungguh perbuatan yang konyol, serta renungilah bahwa narasi yang Anda buat itu benar-benar dungu! Dan segera singkirkan ponsel pintar dari jangkauan Anda supaya Anda tidak menyesatkan orang lagi.

Ponselnya saja yang sudah pintar, tetapi otak penggunanya belum. Malu lah sama Tuhan yang menciptakannya, tidak bersyukur karena tak menggunakannya dengan sebaik mungkin.

Saya akan bantah pernyataan itu

Sesungguhnya, bertahan hidup adalah common sense manusia sebagai makhluk hidup yang sudah semestinya bertanggung jawab atas dirinya sendiri supaya tetap dapat hidup. Sama sekali tak ada urusannya dengan cinta di masa lalu. Mau ada cinta di masa lalu ataupun tidak, konsekuensi kita sebagai manusia adalah bertahan hidup! Itu sudah menjadi suatu keniscayaan. Tak peduli ada atau tidaknya cinta masa lalu yang melekat dalam hati.

Pelajarilah reasoning

Agar lebih berhati-hati saat membuat suatu pernyataan demi menghindari logical fallacy. Teruntuk yang mendapati konten serupa pula, mempelajari reasoning akan berguna untuk mengkritisi pernyataan yang seolah-olah tampak bijaksana dan masuk akal. Namun setelah diidentifikasi, ternyata pernyataan tersebut bahkan cacat secara logika.

Saya pikir, kasus serupa dapat dikategorikan antara dua macam logical fallacy (ahli logika, silakan koreksi jika saya keliru), yaitu Hasty Generalizaton atau False Cause, atau mungkin malah keduanya. Padahal jelas tidak ada urusannya sama sekali, bahwa suatu cinta yang telah habis, sudah pasti berkaitan erat pada orang yang memiliki cinta di masa lalu. Ini jelas generalisasi paham yang menyesatkan, dan hanya akan membawa dampak stres berkepanjangan bagi yang mengimaninya.

Karena pada kenyataannya, terdapat sejumlah orang yang berpola pikir seperti saya ini (misalnya). Andai saya di posisi sedang patah hati, saya akan secara otomatis memangkas habis ingatan dan sentimen romantis saat mendapati cinta yang kandas di masa lalu. Sebagaimana halnya orang sedang bermimpi meriang di siang hari saja.

Narasi dungu yang semacam itu cukuplah dianggap sebagai candaan saja, tak perlu diseriusi. Jika untuk bercanda saja, maka tak jadi masalah. Asal tidak sampai diyakini apa lagi dijadikan pedoman untuk opsi tindakan mundur saat mendapati orang yang dicintai ternyata mempunyai cinta lain di masa lalu. Itu berlebihan.

Malu lah dengan Tuhan yang sebenarnya telah menciptakan otak dengan segala kemampuan hebatnya, sehingga dapat digunakan untuk berpikir kritis. Akan tetapi menjadi sia-sia lantaran pemiliknya malas menggunakan dengan semestinya, ditambah lagi bila justru dengan mudahnya memilih memercayai begitu saja rasionalitas keblinger itu.

Omong kosong jika cinta akan habis!

Manusia tak akan kehabisan stok cinta apabila dia selalu menjumpai seseorang yang dapat memenuhi kriterianya.

Apa tidak lelah dengan pola pikir yang begitu? Apa tidak capek sendiri dengan penggunaan diskursus yang seperti itu?

Jika memang gagal move on, maka mengaku saja bahwa memang masih gagal move on dari cinta masa lalu itu. Apa sulitnya berterus terang?

Alangkah baiknya jika disebut dengan “gagal move on” saja. Itu lebih terus terang dan lebih patut didengar tentunya. Kenapa malu disebut gagal move on? Toh, memang demikianlah faktanya. Maka akuilah saja.

Oleh karena itu, tak perlu lah membuat-buat narasi dungu dengan menstigmakan orang yang memiliki cinta di masa lalu, sehingga malah memberi pengaruh negatif pada orang lain yang (terbilang) naif.

Teruntuk kreator konten aneh tersebut, jika memang masih sulit move on karenanya, maka pikirlah sendiri saja masalah itu, karena itu adalah masalah Anda sendiri, bukan orang lain. Dan cukuplah beban stres itu hanya sampai di Anda saja. Jangan sampai perbuatan Anda juga mengganggu dan menyulitkan jalan cinta orang lain!

Masih banyak sekali orang dengan berbagai macam kriteria dan tipe yang kiranya dapat menarik perhatian untuk dicintai. Jikalau memang belum menemukan orang tersebut, maka jangan salahkan dunia yang sempit dan cinta yang telah habis! Tapi salahkan lah diri sendiri yang pada dasarnya malas untuk mengusahakannya, yang juga masih tetap menutup kemungkinan untuk jatuh cinta pada orang baru.

--

--

Han Abadie

A Possibilist. Just like the average mediocre youth, sometimes naive as well. You can follow my another social media (X and Instagram) @antielitis